Selasa, 14 Oktober 2014

Cerpen Baru ku

Uang, Cinta, Kasih Sayang dan Persahabatan

    Pagi ini ku awali dengan senyuman, langitpun terlihat cerah seakan mendukung suasana hatiku. Namaku Ambar, aku hidup dengan berkecukupan. Kedua orang tuaku selalu memberikan apa yang aku inginkan. Tapi sayang kehidupanku tak sesempurna yang kalian bayangkan. Aku kurang kasih sayang baik dari Ayah maupun Ibuku. Mereka hanya memberikanku Uang-uang dan uang. Mereka tak memikirkan bagaimana anak mereka yang tak mendapatkan kasih sayangnya. Sangat berbanding terbalik dengan yang Aqila rasakan. Aqila adalah sahabat Ambar yang selalu menemani di saat suka maupun duka. Hanya Aqila dan pembantunyalah yang memberikannya perhatian dan kasih sayang.

    Kulangkahkan kakiku, berjalahan perlahan melewati lorong- lorong kelas yang menuju arah kelasku.

“pagi Ambar” sapa Aqila, yang tengah duduk di kursi tempat Ambar dan Aqila belajar di sekolah.

“pagi Aqila” senyum kini terkembang di bibirku.

“tumben dateng pagi? Biasanyakan bel bunyi baru dateng?” tanya Aqila.

“yeee, kan sekarang pelajarannya Bu Rika. Aku gak mau kena marah dia lagi karena telat”

“ohh, semoga sampe seterusnya yah kamu dateng pagi”

“hahaha iya deh”

       Obrolan mereka berhenti begitu melihat kegaduhan di kelas. Biasanya adanya kegaduhan itu menandakan adanya pula guru yang akan masuk kelas. Apalagi pelajaran saat ini adalah pelajaran Bu Rika, guru yang terkenal tegas, dan keras. Ketika Bu Rika memasuki kelas, suasana yang tadinya bising berubah menjadi sunyi. Tak ada satu anakpun yang berani berbicara atau mengobrol di pelajaran Bu Rika. Akupun begitu, selama pelajaran berlangsung aku selalu memperhatikan dan mendengarkan dengan seksama. Kejadian dulu tak ingin ku ulang, kejadian dimana pada saat pelajaran Bu Rika berlangsung tapi aku malah melamun. Akibatnya, saat di tanya akupun hanya diam membisu tak dapat menjawab pertanyaan dari Bu Rika.

“Teettttttttt................”

       Suara bel telah berbunyi, anak – anak berhambur keluar kelas. Kubereskan buku ku, kumasukkan kedalam tasku. Ku lihat Aqila tengah berdiri memandangku seakan mengatakkan padaku agar bergegas pergi keluar meninggalkan kelas. Kuhampiri dia, kugandeng tangannya.

“lama banget, dasar lelet” gerutunya

“udahlah, nunggu bentar aja bilang lama. Dasar lebay!”

“enak aja, kamu tuh yang lebay beresin buku aja satu abad”

“ya deh, emang kita mau kemana sih?”

“ya ke kantinlah, aku udah laper tau!”

“dasar pipi bakpao”

Sesampainya di kantin, Aqila segera memesan semangkuk baso dan segelas es teh manis.

“Mbar, kamu gak makan? Kok Cuma ngeliatin aja sih?” tanyanya.

“gak ah, males”

“nanti sakit loh”

“aku sakit juga orang tuaku gak akan peduli ini. Oh ya, kita nanti pulang bareng kan ya?”

“iya lah”

Pembicaraanku terhenti begitu melihat Danar, Kapten basket sekolahku yang juga cerdas dan tampan. Sudah lama aku mengaguminya bahkan mungkin mencintainya. Namun aku tak dapat mengungkapkannya, aku tak mampu. Dia bagaikan bintang yang bersinar terang di langit. Cahayanya seakan berkelap-kelip menghiasi indahnya malam. Selalu menetramkan hatiku, andai dia tau apa yang kurasa saat ini. Mungkin, dia akan membantuku, menyemangatiku, dan mengasihiku. Tapi itu mustahil terjadi, karena yang kutau dia sedang menyukai seseorang, entahlah siapa orang yang disukainya. Aku berharap orang itu adalah aku, karena dia selalu tersenyum ketia melihatku.

“woyy, ngelamun aja. Liatin siapa sih? Danar ya? Ciee, yang suka sama Danar. Tadi dia senyum tuh” goda Aqila.

“ihhh, apaan sih? Aku emang suka dia. Tapi, mana mungin dia suka aku Aqila.”

Aqila memang selalu tahu apa yang ada dipikiranku. Diapun sudah tau bahwa sudah sejak lama aku menyukai Danar. Bahkan terkadang, dia yang menyemangatiku bahwa Danar akan menjadi kekasihku. Ya walau kutau, itu mungkin hanya dalam anganku. Tapi setidaknya dia memperhatikan dan menyayangi dengan tulus, aku sahahabatnya.

----------

“Ambar, nanti kata Ibuku. Pulang sekolah kerumahku ya, keluargaku mau ngadain syukuran kecil-kecilan. Karena ayahku naik jabatan” kata Aqila.

“wahh, selamat yah. Aku pasti dateng kok.”

Teeeeetttttttttttttttt.............................

“yaudah ayuk kita pulang, bel udah bunyi tuh” ajaknya

“ohh, yaudah yuk”

Aku dan Aqilapun berjalan keluar sekolah, bergegas pulang ke rumah Aqila. Aku sangat senang bila datang ke rumah Aqila, karena disana aku bisa merasakan hangatnya kasih sayang keluarga. Rumah mereka memang tak sebesar dan semewah rumahku. Tapi kasih sayang yang melimpah membuat mereka seakan kaya dan selalu bahagia. Andai ayah dan Ibuku seperti itu, pasti aku akan sangat nyaman dan betah dirumah.

“Assalamu’alaikum...”

“wa’alaikumsallam, ehh nak Ambar, Silahkan duduk” ujar Ibu Aqila.

“ohh, iya. Makasih tante.”

“Makasih juga nih udah mau dateng ke rumah Aqila. Soalnya sekalian mau kita kan lagi syukuran karena Ayahnya Aqila, allhamdulillah naik jabatan.”

“ohh, ya selamet ya tante.”

“iya, yaudah yuk kita makan dulu”

“ohh ya tante”

Kamipun berjalan ke arah halaman belakang, ternyata disana sudah ada Ayah Aqila yang sedang memanggang ayam. Terlihat kepulan asap disana, tapi kelihatannya Ayah Aqila masih asik dengan Ayam panggangnya. Sampai tak menyadari kehadiran kami disini.

“yahh.. ini ada Ambar. Ayamnya udah mateng belum?” teriak Ibu Aqila

“udah bu” jawab Ayahnya, sembari berjalan membawa nampan yang berisi Ayam panggang.



------------



Hari ini begitu menyenangkan, aku seperti merasa punya keluarga yang selalu menemani dan selalu ada untukku. Siang tadi, aku makan, bercanda, mengobrol, dengan keluarga Aqila. Mereka begitu ramah, andai keluargaku seperti itu.



Kulangkahkan kakiku berjalan masuk ke rumah, sekarang jam 17.30 WIB. Sudah sore memang, tapi apa peduli orang tuaku jikalau aku pulang sore. Perlahan kubuka pintu rumahku.



“Assalamu’alaikum” ucapku ketika masuk rumah.



Kulihat ada Mama di ruang keluarga. Aku berjalan melewati ruang tersebut, terdengar Mama yang memanggil namaku.



“Ambarrr. Kau tau, ini jam berapa? Darimana saja kau? Sudah sore begini baru pulang?” tanya Mama.



“ohh, Mama peduli denganku? Bukannya selama ini Mama tak perduli denganku? Bahkan Mama juga tak tau kan apa kelakuanku di luar rumah. Mama tak pernahkan menasehatiku agar jangan telat makan, jangan lupa belajar dan sebagainya? Selama ini mama tak pernah peduli denganku. Yang mama dan papa pedulikan hanya uang, uang dan uang. Tanpa pernah memikirkan anaknya yang tumbuh tanpa kasih sayang kedua orang tuannya”



“Ambar!” teriak Mama.



Aku tak memedulikannya, aku melanjutkan ucapanku.



“Mah, aku ingin seperti orang-orang. Sering berkumpul dan bercanda dengan keluarganya. Aku ingin seperti itu mah. Uang bukan segalanya, kasih sayang lebih berharga dibanding uang. Walau hidupku bergelimang harta tapi percuma karena aku tak bahagia tanpa adanya kasih sayang kedua orang tua.”



“Ambar kau tak punya etika. Dimana sopan santunmu bila berbicara dengan orang tua?”



Plaaakk



Tamparan itu, membuatku terdiam dan berlari kekamarku. Ku tutup pintu kamarku sekeras mungkin. Ini pertama kalinya bagiku, seingatku senakal-nakalnya aku. Mama tak pernah menamparku seperti ini. Apa karena aku keterlaluan? Aku hanya ingin mama tau. Bahwa aku ingin kasih sayang bukan uang. Hanya itu yang aku mau. Aku menangis,  pipi ini terasa perih. Sakit, bahkan memerah tapi aku sadar kejadian tadi memang tidak sopan. Tapi entahlah, aku kini merasa lega karena sudah mengungkapkan isi hatiku pada mama. Walau tamparan memang yang kudapatkan.



--------------



Pagi ini, aku berangkat pagi sekali. Kulihat mama ada di kamar mandi. Dan papa yang sibuk dengan urusannya sendiri. Aku pergi tanpa pamit. Mbok, pembantuku memanggilku namun aku tetap pergi dan menghiraukannya. Aku ingin segera sampai disekolah dan menceritakannya dengan Aqila.



Sesampainya aku disekolah, aku berjalan pelan menuju kelasku. Langkahku terhenti tepat di depan pintu kelas. Aku melihat Danar dan Aqila sedang berdua. Miris rasanya, ternyata selama ini Danar tersenyum bukan untukku melainkan untuk Aqila. Kutinggal pergi saat mereka menyadari kehadiranku. Aqila memanggil-manggil namaku. Aku tak peduli, ternyata tak ada satupun orang yang menyayangiku.


Hari ini semua terasa menyakitkan, tak ada yang membuatku tertawa walau sesaat. Dikelas aku hanya terdiam, Aqila berkali-kali mengajakku berbicara, namun aku tetap terdiam membisu sampai bel pulang berbunyi.



Saat sampai dirumah, aku dibuat heran oleh Mama dan Papa yang sudah ada dirumah. Bukankah biasanya mereka sibuk berkerja? Ada yang aneh.



“Assalamu’alaikum” ucapku.



“wa’alaikum salam” jawab kedua orang tuaku.



“Ambar, duduklah dulu. Mama dan Papa ingin bicara denganmu.” Kata mama.



Aku duduk di sofa yang ada di ruang keluarga , sepertinya mereka akan berbicara hal yang serius.



“Ambar, mama dan papa minta maaf karena tak mempedulikanmu. Kami pikir uang segalanya bagimu ternyata kami salah. Kamu lebih bahagia dengan kasih sayang ketimbang dengan uang. Maka dari itu kami minta maaf, terutama mama. Mama minta maaf telah menamparmu kemarin, mama sungguh menyesal. Maafkan Mama” ungkap mama.



“ya mah, aku juga minta maaf karena kemarin sudah berbuat tidak sopan dengan mama. Dan uang bukan segalanya bagiku. Kasih sayang Mama dan Papa jauh lebih penting di banding yang lainya”



“Maka dari itu, Papa dan Mama memutuskan bila hari minggu tiba kita wajib berkumpul dan bermain bersama setuju?” Ucap papa.



“benarkah? Setuju”



Mulai dari hari itu aku dapat lagi merasakan hangatnya keluarga. Dan hari minggu menjadi hari yang paling kunanti setiap harinya. Aqila kini berpacaran dengan Danar dia sudah menceritakan semuanya. Dan aku menerimanya, aku ikhlas karena memang Danar mencintai Aqila dan menyayangi Aqila setulus aku menyayangi Aqila dan mencintai Danar. Kini aku siap untuk memendam rasa cintaku, karena memang cinta tak harus memiliki. Persahabatanku masih tetap terjalin bahkan lebih dekat dan akrab. Kehidupanku kini terasa sempurna karena mereka yang menyayangiku.

Renungan Hati

HUKUMAN SEBAGAI TANDA CINTA

       "Jika Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Dia menyegerakan hukuman di dunia. Jika Allah menghendaki keburukan bagi hamba-Nya, maka Dia menahan hukuman kesalahannya sampai disempurnakannya pada hari qiamat." (HR. Imam Ahmad, At-Turmidzi, Al-hakim, Ath-Thabrani, dan Al-Baihaqi). Hadits di atas bersumber dari Abdullah bin Mughaffal. Menurut Al-Haitsami, periwayatan hadits ini shahih.

       Diriwayatkan bahwa salah seorang lelaki telah bertemu dengan seorang wanita yang disangkanya pelacur. Lelaki itu menggoda sampai-sampai tangannya menyentuh tubuhnya. Atas perlakuan itu, sang wanita berkata, "Cukup!" Lantaran terkejut, lelaki ini menoleh ke belakang, namun terbentur tembok dan terluka.
Lelaki usil itu pergi menemui Rasulullah dan menceritakan pengalaman yang baru saja dialaminya. Komentar Rasulullah? "Engkau seorang yang masih dikehendaki oleh Allah menjadi baik." Selanjutnya beliau bersabda, sebagaimana dalam hadits di atas.

       Dalam riwayat At-Turmidzi, hadits itu disempurnakan dengan lafadz sebagai berikut, "Dan sesungguhnya Allah, jika Dia mencintai suatu kaum, Dia menguji mereka. Jika mereka ridha, maka Allah ridha kepadanya. Jika mereka benci, Allah membencinya."

       Kecintaan Allah kepada hamba-Nya di dunia tidak selalu diwujudkan dalam bentuk pemberian materi atau kenikmatan lainnya. Kecintaan itu justru sering berbentuk --oleh sebagian orang disebut-- adzab. Sebenarnya bukan adzab, tapi yang tepat adalah ujian. Berat ringannya ujian itu tergantung kepada kuat tidaknya iman seseorang.

       Orang yang paling disayangi dan dikasihi Allah adalah para Nabi dan Rasul. Justru mereka adalah orang yang paling berat menerima ujian semasa hidupnya di dunia. Ujian mereka sangat berat melebihi ujian yang diberikan kepada siapapun juga. Demikian secara berurutan, para syuhada' dan kemudian shalihin. Yang jelas bahwa setelah orang menyatakan. "Kami beriman", Allah langsung menyiapkan ujian baginya.

       Allah berfirman: "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan (saja) mengatakan 'Kami telah beriman,' lantas tidak diuji lagi? Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan mengetahui orang-orang yang dusta." (QS. al-Ankabut: 2-3)

       Selain ujian demi ujian diberikan kepada orang yang beriman, maka teguran demi teguran juga diberikan kepadanya. Teguran itu kadang halus, tapi sering-sering kasar. Bagi yang kepekaan imannya tinggi, teguran halus saja sudah cukup untuk menyadarkannya. Akan tetapi bagi mereka yang telah hilang kepekaannya, teguran yang keras sekalipun tak bisa menyadarkannya.

       Apa yang dialami oleh lelaki yang datang kepada Rasulullah sebagaimana hadits di atas merupakan teguran Allah secara langsung agar ia sadar atas kekeliruannya, dan tidak mengulang kesalahannya. Lelaki itu sangat bersyukur atas kecelakaan yang menimpa dirinya. Wajah yang benjol dan darah yang mengalir di wajahnya tidak seberapa dibandingkan dengan nilai kesadaran yang baru dirasakannya.

       Kecelakaan itu semakin tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan siksa yang bakal diterimanya di akhirat kelak. Bukankah setiap dosa akan ditimbang dan dibalas sesuai dengan bobotnya? Dengan kecelakaan itu ia bertobat. Dengan bertobat, maka terhapuslah dosanya. Tentang hal ini Rasulullah bersabda, "Tiada suatupun yang menimpa seorang mukmin, baik berupa kepayahan, sakit, sedih, susah, atau perasaan murung, bahkan duri yang mengenai dirinya, kecuali Allah akan melebur kesalahan-kesalahannya lantaran kesusahan-kesusahan tersebut." (HR Bukhari dan Muslim)

       Karena itu, jika mengalami suatu musibah, jangan cepat-cepat mengeluh. Cari dulu sebab musababnya. Jangan-jangan musibah itu merupakan teguran dari Allah S.W.T atas berbagai kesalahan yang telah kita lakukan. Mungkin saja musibah itu nampak tidak ada kaitannya sama sekali, tapi cobalah untuk mengurut-urut beberapa langkah yang pernah kita lakukan sebelumnya.

       Kasih sayang Allah tidak selalu berwujud kesenangan, melimpahnya harta, tercapainya segala keinginan, dan jauh dari berbagai musibah. Justru bisa jadi sebaliknya. Orang yang mendapatkan berbagai kesenangan itulah yang tidak dicintai-Nya. Orang tersebut dibiarkan tenggelam dalam kesenangan dunia sampai tiba ajalnya. Pada saat itu semua kesenangan dicabut dan diganti dengan berbagai siksa yang mengerikan, baik ketika di kubur, di padang mahsyar, maupun di neraka.

Lirik Lagu Symponi "Once"

                                                     SYMPONI YANG INDAH 

Alun sebuah symphony
Kata hati disadari
Merasuk sukma kalbuku
Dalam hati ada satu
Manis lembut bisikanmu
Merdu lirih suaramu
Bagai pelita hidupku
Berkilauan bintang malam
Semilir angin pun sejuk
Seakan hidup mendatang

Dapat Ku tempuh denganmu
 








Berpadunya dua insan
Symphony dan keindahan
Melahirkan kedamaian
Melahirkan kedamaian

Syair dan melodi
Kau bagai aroma penghapus pilu
Gelora di hati
Bak mentari kau sejukkan hatiku

Burung-burung pun bernyanyi
Bunga-bunga pun tersenyum
Melihat kau hibur hatiku
Hatiku mekar kembali
Terhibur symphony
Pasti hidupku ‘kan bahagia

Puisiku

Sahabat















Sahabatku adalah tetesan embun pagi
yang jatuh membasahi kegersangan hati
hingga mampu menyuburkan seluruh taman sanubari
dalam kesejukan

Sahabatku adalah bintang gemintang malam di angkasa raya
yang menemani kesendirian rembulan yang berduka
hingga mampu menerangi gulita semesta
dalam kebersamaan

Sahabatku adalah pohon rindang dengan seribu dahan
yang memayungi dari terik matahari yang tak tertahankan
hingga mampu memberikan keteduhan
dalam kedamaian

Wahai angin pengembara
kabarkanlah kepadaku tentang dirinya

Sahabatku adalah kumpulan mata air dari telaga suci
yang jernih mengalir tiada henti
hingga mampu menghapuskan rasa dahaga diri
dalam kesegaran

Sahabatku adalah derasnya hujan yang turun
yang menyirami setiap jengkal bumi yang berdebu menahun
hingga mampu membersihkan mahkota bunga dan dedaun
dalam kesucian

Sahabatku adalah untaian intan permata
yang berkilau indah sebagai anugerah tiada tara
hingga mampu menebar pesona jiwa
dalam keindahan

Wahai burung duta suara
ceritakanlah kepadaku tentang kehadirannya

Pidato

Tugas B.Indonesia : PIDATO
Nama    : Mia Widyaningsih
Kelas     : IXH
Tanggal : 8 January 2013


ASSALAMU’ALAIKUM .WR.WB
Alhamdulillahirabbil’alamin, wabihinasta’in, wa’ala umuriddunyawaddin, wasshalatuwassalamu’alaashrafilambiyaiwalmursalin, wa’ala alihi, wasahbihi ajma’in, amma ba’du.
Yang  terhormat  Bapak kepala Sekolah, Bapak Ibu Dewan Guru, beserta staff TU, dan teman-teman yang saya banggakan. 
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita rahmat dan hidayahnya, sehingga kami semua bisa berkumpul dalam acara yang luarbiasa ini. Tak lupa solawat dan salam semoga terlipah curahkan pada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW.
Baiklah saudari-saudari, saya disini akan sedikit berpidato mengenai pentingnya “Jilbab” bagi Wanita
Karena ini membahas mengenai Jilbab. Sebelumnya saya ingin bertanya terlebih dahulu pada teman-teman ku yang akhwat terutama, apakah teman-teman sekarang sudah benar-benar menutup auratnya?
Tahukah teman-teman begitu pentingnya jilbab bagi seorang Akhwat, kita tidak boleh menampakan aurat kita pada orang lain maka dari itu kita disuruh memakai baju muslim dan jilbab untuk menutup aurat seorang Akhwat. Selain untuk menutupi aurat, jilbab juga untuk melindugi kita dari berbagai macam godaan  diluar sana.
 Dan terbukti di Indonesia ternyata banyak para perempuan yang berkerudung tidak bisa dikatakann berjilbab. Karena mereka hanya mengenakan kain penutup kepala saja, sementara aurat lain tetap nampak dan syarat-syarat jilbabnya terabaikan. Seperti berkerudung tapi memakai levjing atau bluejeans, atau malah memakai pakaian ketat dibagian tubuh lainnya. Maka yang berekerudung tersebut tidak bisa dikatakan berjilbab.
Maka bagi perempuan Muslim yang beriman wajib mengenakan Jilab yang menutup aurat mereka dengan sempurna. Yang pakainnya longgar, tidak transparan serta tidak ngetat hingga mencetak lekuk tubuhnya. Serta memakai kerudung yang mengulur panjang hingga menutupi dadanya. Jika semua itu diabaikan maka dipandang sama saja dengan tidak berpakaian oleh rasulullah, dan tentunya berdosa disisi Allah karena sebuah kemaksiatan (pembangkangan).
Silahkan teman-teman baca dan pahami surat An-Nur : 31 mengenai aurat Akhwat.

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita dan janganlah mereka menghentakkan kaki untuk diketahui orang akan apa yang tersembunyi dari perhiasan mereka dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, supaya kamu berjaya.” (An-Nur:31).

 Untuk kesimpulannya menutupi aurat itu penting bagi kaum Ikhwan dan Akhwat . Terutama Akhwat, tutuplah aurat antum dengan jilbab yang wajar dan pantas dipakai.

Saya harap pada teman-teman semua baik Ikhwan maupun Akhwat niatkanlah pada diri antum masing-masing untuk menutup aurat. Akhwat mulai dari sekarang dan selanjutnya niatkanlah untuk memakai jilbab dimanapun antum berada jangan sampai terlepas, niscaya teman-teman akan memperoleh jagaan secara lahir batin dari Allah SWT dan akan mendapatkan kecantikan yang sebenarnya. Banyak yang mengatakan bahwa dengan berbusana muslim dan jilbab yang seharusnya seorang Akhwat bisa tampil lebih cantik dan menarik.
Mungkin itu saja yang dapat saya sampaikan semoga bermanfaat, kurangnya mohon maaf.
Wabilahitaufikwalhidayah . 
WASSALAMUALAIKUM WR.WB

Cerpen Ku "Yang Baca jangan nangis ya"

Awalan TANPA Akhiran
(Mia Widyaningsih)

 Cinta tak pernah bisa di tebak dari mana asalnya dan muasalnya. Terkadang,orang yang bagi kita merupakan orang yang paling bisa mengerti,justru di akhir waktunya hanya akan membuat kita kehabisan air mata karena kehilangan nya.
                 Bagi setiap orang sangat wajar bila perempuan bersikap anggun dan lemah lembut. Tapi bagaimana denga sosok perempuan yang berkarakter layaknya laki-laki baik  fashion style sampai dari sikap nya pun tak menampakkan seorang hawa sedikitpun. Daniya seorang perempuan,mungkin bagi kalangan teman nya, perempuan hanya sebagai tanda jenis kelamin nya saja. Tapi jiwa nya sungguh seperti seorang adam.
                 Sebenarnya, Daniya perempuan yang parasnya bisa di bilang sungguh luar biasa.  Bola matanya yang hitam,hidung nya yang mancung,dan bibirnya yang merah bak delima yang merekah. Hanya saja satu dua orang yang menyadari akan kecantikan Daniya karena tertutup oleh fashion style yang seperti laki-laki. Diantara orang yang menyadari kecantikan dalam diri Daniya adalah M.AL-Fahrezi Setiawan yang akrab di sapa dengan sebutan Ezi. Ezi adalah anak dari seorang Presiden Direktur di Perusahaan terkemuka di Indonesia. Meski Ezi tergolong keluarga konglomerat yang tak susah payah mendapatkan uang,tapi dia punya prinsip dalam hidup nya “ aku hidup haruslah dari keringatku”. Dia tak ingin segala kebutuhan hidup nya hanya dengan menyodorkan tangan kepada orang tuanya. Ia ingin hidup mandiri. Hingga terlalu antusias nya untuk hidup madiri,Ezi rela menutup rapat siapa identitas asli nya sebagai seorang anak Presiden Direktur konglomerat di Indonesia.
                 Ezi dan Daniya adalah seorang mahasiswa di UI (Universitas Indonesia) yang mengambil jurusan Sastra. Dari awal Ezi masuk UI , yang pertama kali ia perhatikan adalah sosok Daniya. Ezi sendiri merasakan hal yang aneh setiap ia menatap Daniya. Dia pernah menanyakan tentang apa yang ia rasakan kepada hati. Kenapa ia selalu memperhatikan Daniya,bahkan mungkin ia menaruh hati padaya. Tapi kenapa harus dengan Daniya aku menaruh hati. Dassar Ezi,bodoh saja dia menanyakan masalah ini kepada hati. Sampai kapan pun jawaban dari pertanyaan nya tidak akan pernah di jawab seperti dia mengajukan pertanyaan kepada Dosen. Tapi,jawaban hati bisa diketahui bila kita merasakannya lewat relung hati.
                                                                ***                                                ***
                 Jam kuliah akan segera di mulai Daniya buru-buru memakirkan motor kesayangannya,dan cepat-cepat ia membenahi tatanan rambut ala tomboynya. Bersamaan dengan itu,Ezi juga berjalan tergesa-gesa untuk segera masuk ruangan. Naasnya,saat Daniya membalikkan badan setelah selesai berdandan di spion nya,Ezi berjalan setengah berlari sambil memeriksa isi tas nya,takut-takut ada buku yang tertinggal,hingga Ezi tak melihat ke depan. Alhasil,Ezi pun menabrak Daniya. Buku yang di pegang oleh tangan kanan Daniya jatuh di tengah antara posisi kaki Daniya dan Ezi. Spontan Ezi mengambil buku tersebut dan menyerahkan ke pemilik nya
“ini mbak... maaf “ ucap Ezi polos
“heemmpphh... yaudah ngga papa. Lain kali kalo jalan itu liat nya pake mata,bukan pake siku !” ketus Daniya
“iya mbak saya minta maaf,tadi saya buru-buru. Ada jam kuliah yang Dosen nya galak minta ampun !”
“saya juga ada jam. Siapa Dosen nya?”
“pak Wiranto”
“ko sama,emang kamu jurusan sastra juga yah?”
 Dengan sedikit mengangkat wajah dan berani menatap wajah Daniya dari jarak yang dekat,Ezi menjawab
“iyah mbak”
“udah lah,ngga usah pake nyebut mbak segala. Kesan nya aku ko kaya udah tua ajah.Panggil nama aja. O iya,kita belum kenalan” sambil tersenyum dan menjulurkan tangan
“Dafa Raniya Cantika Yudhistira. Panggil ajah Daniya”
 Tanpa Daniya memperkenalkan diri, Ezi sudah tau.  Ezi membalas uluran tangan Daniya sambil menyebut nama
“M.AL-Fahrezi Setiawan. Ezi”
 Perkenalan yang membuat hati Ezi dag dig dug. Hingga tak bisa di sembunyikan,bahwa tangan Ezi berkeringat dingin.
“saya duluan yah Zi “
 Tak ada jawaban dari Ezi. Dia hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum memandangi Daniya.

                                                                ***                                                        ***
 Setelah jam kuliah selesai,seperti biasa Ezi duduk di bawah pohon sambil menyenderkan badannya. Mungkin takdir atau hanya kebetulan yang lewat,ia melihat Daniya. Ragu-ragu Ezi ingin memanggil Daniya. Lama ia berpikir seperti orang bengong hingga belum menemukan jawaban apakah ia akan memanggil Daniya atau tidak. Dia masih berpikir keras. Saking kerasnya berpikir,Ezi tidak menyadari bahwa Daniya sudah ada tepat di samping nya.
“Zi... Zi... Ezi” Daniya mencoba memanggil Ezi
 Dengan nada agak sedikit ketus,Ezi menjawab
“jangan ganggu ... saya lagi mikir nih,mau manggil Daniya atau ngga”
 Setelah Ezi menjawab,ia baru sadar sesadar nya bahwa ia mengenali suara itu. Agak ragu dia melihat asal suara tersebut. Sedikit demi sedikit,Ezi menoleh dan hampir saja ia pingsan betapa kagetnya bahwa Daniya sudah ada di samping nya,dan melihat Daniya tengah tersenyum simpul dengan belahan bibir bawah nya yang indah.
 “kamu kenapa Zi ? “ sambil menutup senyuman nya dengan mulut seakan akan itu adalah hal yang lucu
“eehh eehh ngga kenapa napa” mendadak gagap sambil nyengir bebek
“maap, udah ngagetin kamu Zi “ ucap Daniya
“iyah... ngga papa ko”
                 Hening seketika karna tidak adanya percakapan yang di bahas. Mereka berdua sama-sama memandang ke depan. Ezi memandang ke depan sambil meremas tangan nya sendiri karena grogi berdekatan dengan perempuan yang selama ini menjadi dambaan nya. Tapi,Ezi belum mempunyai keberanian lebih untuk mengutarakan perasaan nya , karna Ezi tau ia dan Daniya belum lama saling kenal. Entah apa yang tengah di rasakan oleh Daniya. Pandangan nya seperti tak menampakkan ekspresi apapun. Bibir nya yang tadi di hiasi senyum manis,sekarang tak menampakkan kembali. Diam-diam Ezi sedikit menoleh ke arah Daniya yang sedang duduk di samping nya dengan memeluk lutut. Ingin rasanya Ezi membuka percakapan antara ia dan Daniya. Tapi apa yang mau di bicarakan,sedikitpun tak ada topik yang terlintas untuk memulai obrolan dengan Daniya. Tidak ada jalan lain, selain mereka membisu dalam suara hati masing-masing yang bertemankan lembut nya belaian angin.
                                                                ****                                                     ****
                Sudah lebih dari tiga bulan Ezi dan Daniya akrab. Dimana ada Daniya,disitu ada Ezi. Bagai amplop dan perangko yang tak bisa di pisahkan satu sama lain. Kini tiba saat nya Ezi mengutarakan cinta nya kepada Daniya. Dia memilih untuk membicarakan nya di bawah pohon dimana ia dan Daniya selalu duduk berdua. Sedikit ada rasa takut yang Ezi rasakan ketika ingin membicarakan perasaannya kepada Daniya. Beberapa kali dia tes suara hingga membuat Daniya terkekeh .
“test test test”
“Zi,apa yang kamu lakuin ?”
“ngapain yah..?? tes vokal aja deh” nyeleneh Ezi sambil nyengir
“udah ngga usah pake tes vokal segala. Suara kamu ngga pantes kalo buat nyanyi” sambil tertawa
“jangan ngehina gitu dong” sambil  memoncongkan mulutnya
 Dengan senyum nya , Daniya menjawab
“kamu emang ngga pantes buat nyanyi. Tapi kenapa setiap ngedenger suara kamu hati saya rasanya nyaman” ungkap Daniya
 Sedikit kikuk Ezi mendengar ungkapan dari Daniya.
 Mungkin ini saat yang tepat setepat tepat nya untuk mengungkapkan isi hati kepada Daniya. Ezi sudah tak sanggup lagi menampung segala perasaan cinta yang kian lama kian membesar kepada Daniya.
“Daniya,aku sadar bahwa ini terlalu cepat. Tapi aku sudah tidak bisa menyimpan perasaan ini sama kamu” Ezi memulai ucapan serius nya
“maksud kamu apah Zi?” Daniya sedikit bingung dan kaget
 Ezi menjelaskan kepada Daniya  bahwa sebelum berkenalan dengan Daniya di parkiran ,ternyata semenjak awal Ezi sudah menaruh hati padanya.
 Bingung mungkin apa yang  kini Daniya rasakan.
“Zi.. aku minta maaf. Sungguh aku tidak ingin menolak mu. Tapi aku bukan perempuan yang seutuhnya menjadi yang terbaik buat kamu” sambil menatap ke depan dengan pandangan yang sayu.
“jika kau tak  menolak ku,berarti kau menerimaku ? “ tanya Ezi
 Daniya hanya menggelengkan kepala sambil menjelaskan
“ku tak menolak, bukan berarti ku menerima”.
 Sekarang giliran Ezi yang di buat bingung dengan jawaban yang di  berikan oleh Daniya.
 Seakan tahu apa yang tengah di pikirkan oleh Ezi,Daniya langsung bertanya
“Zi,menurut kamu, perempuan yang baik itu seperti apa?”
 Dengan senyum dan menatap ke arah Daniya sekejap,dan kembali menatap ke depan
“perempuan yang baik adalah perempuan yang takut pada Tuhan nya dan cinta pada nabinya”
 Daniya menyipitkann mata sambil melirik ke arah Ezi seakan belum mengerti
“Zi,bagaimana dengan perempuan yang memakai jilbab? Apakah ia termasuk perempuan baik juga ?” kembali Daniya bertanya
“Entahlah Daniya,aku tidak tahu. Karna kenyataan yang aku lihat,banyak perempuan yang berjilbab tapi kelakuan mereka masih bejad. Seakan seperti tidak ada tanggungan dalam mengenakan jilbab.Bukan sekedar mengenakan. Tapi, jika jilbab salah penggunaan,bisa jadi jilbab tersebut adalah bahan bakar di neraka untuk pemakainya”
 Dengan menganggukan kepala,Daniya mengerti apa yang Ezi maksud
“Zi,aku ingin menjadi seutuhnya menjadi perempuan yang baik”.
 Ezi hanya tersenyum. Ingin rasanya ia memeluk erat perempuan yang ada di sampingnya. Tapi ia harus bisa menahan hawa napsunya.
                                                                ****                                                     ****
                 Hampir satu bulan lebih Daniya tidak masuk kuliah,semenjak Ezi  mengungkapkan perasaan kepada Daniya. Ezi merasakan kekhawatiran terhadap Daniya. Ingin rasanya ia berkunjung ke rumah Daniya meski hanya sekadar memastikan keadaannya. Tapi apalah daya, Ezi masih enggan berkunjung ke rumah Daninya karena ia berpikir ia masih tak layak untuk Daniya. Ia hanya seorang mahasiswa yang menyambit profesi sebagai guru privat,meski real nya ia adalah anak orang kaya.Tapi yang ia pikirkan bahwa ia adalah orang miskin. Karna seluruh kekayaan adalah mutlak milik orang tuanya. Ia masih malu jikalau ayah dan ibu Daniya menanyakan profesinya.
                Bodoh nya Ezi , kenapa ia membuat dirinya sendiri bingung dengan memikirkan keadaan Daniya. Dengan senyum khas ala Ezi yang menyunggingkan bibir sebelah kanan nya,ia mengambil ponsel yang ada di saku kiri celana nya dan menyenderkan badannya ke pohon, tempat dimana biasanya ia dan Daniya duduk bersama. Ia mengirimkan sms kepada Daniya
“assalamu’alaikum.. Daniya kenapa jarang masuk kuliah ? udah bosen lihat muka ku yang ganteng yah J ?”
  Tidak menunggu lama,Ezi mendapatkan balasan sms dari Daniya
“hehehe.. ngga kenapa napa. yeh si Ezi, GR nya kelebihan itu. Emang nya kamu ganteng ?” nyeleneh Daniya
 Dengan seuntai senyum, Ezi membaca balasan sms dari Daniya,ia langsung membalasnya kembali
“ iya dong ganteng,kan saya laki-laki. Kalo cantik yah perempuan lah...” celetuk Ezi
                 Melihat balasan sms dari Ezi,Daniya hanya tersenyum dan menaruh ponsel nya di laci lemari  dekat tempat tidurnya.
                 Lama Ezi menunggu balasan sms datang dari Daniya,satu jam,dua jam,hingga empat jam berlalu,tapi belum ada balasan dari Daniya. Ezi berpikir apakah terjadi sesuatu terhadap Daniya. Segera Ezi menapik pikirannya yang tidak-tidak terhadap Daniya. Mungkin saja dia kehabisan pulsa untuk membalas sms ku,atau mungkin dia ada urusan yang lebih penting dari pada membalas sms ku.

                 Lama Ezi dan Daniya tidak bertemu. Sms Ezi pun jarang atau bahkan tak di balas. Tiba-tiba saja ada kekhawatiran yang timbul di benak Ezi,bahwa Daniya tidak dalam keadaan baik. Tidak ada jalan lain selain menulis surat untuk Daniya. Meski terkesan sudah ketinggalan zaman,apa mau di kata, sms tidak di balas apalagi telpon tidak pernah di angkat. Pikir Ezi,mungkin ini jalan satu-satu nya untuk mengetahui bagaimana keadaan Daniya

Teruntuk Dafa Raniya Cantika Yudhistira

  Daniya bagaimana keadaanmu ?

  Daniya,aku bingung kenapa kau enggan membalas sms ku dan sukar mengangkat telpon ku. Adakah dalam diriku yang tak kau sukai ? atau mungkin kau tak ingin bertemu denganku karna kejadian aku menyatakan cinta padamu ?

 Sungguh Daniya,aku mencintaimu..

 Tapi jikalah kau tak menerima cintaku,baik nya kau bicara padaku. Aku khawatir dengan mu Daniya. Ada saat-saat dimana kita sering berdua di bawah pohon dekat kampus,aku rasa ada yang hilang. Yaitu dirimu. Rindu dengan fashion style dan sikap mu yang membedakan mu dengan perempuan lain, aku rindu dengan senyuman indah mu yang bisa mmbuat ku lupa diri. Aku rindu dengan mu Daniya.

 Daniya,minggu depan aku akan berkunjung ke rumah mu.



Dari yang merindu
M.AL-Fahrezi Setiawan


Ada perasaan lega yang luar biasa dalam hati Ezi setelah mengirim surat untuk Daniya. Selang empat hari,Ezi mendapatkan balasan dari suratnya.

Untuk yang hampir singgah di hatiku

M.AL-Fahrezi Setiawan



Insyaallah  saat ini aku dalam keadaan baik Zi.

Maaf karna aku sudah membuatmu bingung. Dalam dirimu tidak ada yang tidak ku sukai.  Maaf... Hanya saja,jika aku membalas dan mengangkat telpon darimu,ingin rasa nya aku  bertemu denganmu. Bukan nya aku tak ingin menemuimu,hanya saja aku tak bisa.

Terima kasih karna kau telah mencintaiku dan mengkhawatirkan ku. Tapi maaf untuk cintamu, ku tak bisa menerima. Jangan tanyakan kenapa,biarlah waktu yang akan menjawab. Maaf sekali lagi Zi,aku tak punya maksud untuk memberi mu harapan. Aku takut mengawali cinta tanpa pernah ku bisa mengakhirinya.

 Silahkan kau berkunjung ke rumahku. Mungkin sebentar lagi,aku akan pindah Zi. Ayah dan ibuku pasti akan sangat senang bila bertemu dengan mu J


Dari yang menginnginkanmu
Dafa Raniya Cantika Yudhistira

  

                 Sedih Ezi membaca surat balasan dari Daniya,bahwa ia menolak nya secara halus. Tapi,  dalam sedih nya, ia memikirkan bahwa ada sesuatu yang mengganjal dalam isi surat tersebut. Ia masih penasaran dengan kalimat “untuk yang hampir singgah di hatiku”. Jika Daniya menolak karna tak mencintaiku,kenapa Daniya harus menulis kalimat itu. Sungguh Daniya,kata-katamu bagai misteri yang harus aku pecahkan.
                 Kini waktunya Ezi datang ke rumah Daniya. Aku harus tampil sesempurna mungkin di hadapan Daniya. Setidak nya, untuk ayah dan ibu Daniya jika Daniya tak  memperdulikan fashion ku. Beberapa kali ia mondar mandir membenahi kemeja coklat nya di depan kaca. Dan untuk yang ke delapan kalinya ia berdandan , ia yakin bahwa fashion nya sudah rapih dan sopan. Awal berkunjung dan bertemu ayah dan ibu Daniya haruslah terkesan baik.
                 Dalam perjalan menuju rumah Daniya,aku mengkhayal bagaimana Daniya meyambutku dengan senyum nya dan sikap ramah orang tua nya menyabutku.
                 Tidak memakan waktu lama untuk sampai ke rumah Daniya. Karna jarak antara kostsan ku dengan rumah Daniya,tidak terlalu jauh. Kini aku tiba di sebuah rumah yang bisa di bilang cukup mewah. Segera aku memarkirkan motor matic ku di halaman dekat taman, dan segera menata kembali rambut ku yang sempat acak-acakan karna memakai helm. Sekiranya semua style dalam tubuh ku sempurna,aku melangkah menuju pintu. Tidak menunggu lama aku mengetuk pintu,ketukan pertama langsung di respon oleh pemilik rumah. Dengan senyum yang tak kalah indah,ibu Daniya mengenaliku dan mempersilahkan ku masuk
“nak Ezi sudah datang,mari nak masuk”
 Dengan membalas senyum,aku menjawab
“iyah bu,makasih”
 Setelah obrolan singkat dengan ibu Daniya,dia permisi sebentar untuk memanggil suaminya.
                 Aku sedikit bingung,harusnya yang pertama kali menyambutku adalah Daniya. Dimana Daniya sekarang,awas saja jika dia datang akan ku jitak karna telah membiarkan ku merindu dan menunggunya sangat lama di bawah pohon dekat kampus.
                 Ayah dan  ibu Daniya datang menghampiri ku,spontan aku langsung mencium punggung tangan ayah Daniya,dan duduk kembali.
“ oh... jadi ini toh ma yang nama nya nak Ezi “ tanya ayah Daniya seakan masih enggan percaya
 Dengan senyum yang mengembang dan sedikit anggukan,Ibu Daniya menjawab
“iyah pak”
                 Ayah Daniya terlihat seperti menyukai ku. Ini sangat tampak ketika dia memuji profesi ku sebagai guru privat ketika kami mengobrol,begitu juga ibu Daniya. Ia tak henti nya menampakkan senyum tulus tanpa di buat-buat di depan ku. Lama aku berbicara dengan kedua orang tua Daniya,akan tetapi Daniya sendiri belum terlihat. Tidak membuang waktu,aku menanyakan keberadaan Daniya kepada orang tua nya.
“maaf pak,Daniya nya dimana yah,ko dari tadi belum kelihatan ?”
                 Seakan seperti ada sesuatu yang salah dari pertanyaanku,tiba-tiba mereka menatap ku dengan tatapan yang menunjukan raut sedih. Mereka berkata bahwa Daniya sudah pindah sejak tiga hari yang lalu. Seperti ada aliran listrik ribuan volt yang menyambarku.Apa,Daniya pindah semenjak tiga hari yang lalu,bukannya ia akan pindah setelah aku datang ke rumahnya.
 Aku masih shock dengan semua ini. Ibu Daniya memberitahuku bahwa ada sesuatu yang di titipkan oleh Daniya untuk ku. Sebelum ibu Daniya memberikan sesuatu yang di titipkan untukku,aku bertanya dimana Daniya pindah,tapi ia tidak mengatakan keberadaan Daniya.
“nak Ezi akan tau dimana Daniya berada” ucap ayah Daniya dengan raut muka sedih
 Selang beberapa menit,ibu Daniya datang kembali dengan membawa sebuah benda yang ada di tangan kanan nya,dan memberikannya padaku.
“sebelum Daniya pergi,ia menitipkan ini pada Ibu untuk ibu kasihkan kepada orang bernama M.AL-Fahrezi Setiawan yang katanya seminggu lagi akan datang kesini “ sambil menyerahkan MP3 kepada Ezi
 Kenapa ibu Daniya tau wajahku ketika kami bertemu di depan pintu,padahal aku baru bertemu dengan nya.
 Seakan ibu Daniya mengerti,ibu Daniya menjelaskan bahwa ia tahu orang yang bernama Ezi karna Daniya memberikan kisi-kisi. Bahwa Ezi orang nya tampan,baik,dan murah senyum. Dan ibu rasa itu adalah kau.
                 Ezi  masih dalam keadaan bingung . ia segera mendengarkan isi MP3 dengan headset yang di beri oleh ibu Daniya. Dengan konsen,Ezi mendengarkan suara yang ada di dalamnya,yang tak lain adalah suara perempuan yang menjadi dambaan hatinya sejak dulu,perempuan yang beda dari yang lain. Dan  itu adalah Dafa Raniya Cantika Yudhistira.

 Assalamu’alaikum.wr.wb...

 Ezi ... kau mendengar suaraku ?

 Maaf yah,lama sekali aku membuat mu bingung dan tak memberimu kabar tentang diriku.

  Mungkin,di saat kau mendengar suaraku di dalam benda ini,itu adalah suara terakhirku untukmu. Ezi, aku tak sanggup menyembunyikan perasaan ku padamu,bahwa ku juga mencintai mu dan merindu mu. Di saat kau merinduku,tujuh kali lipat aku merindumu. Dan di saat kau mencintaiku,tujuh kali lipat aku lebih mencintaimu.

 Tapi apalah dayaku Zi,aku sudah tak sanggup lagi.

Aku sadar,aku akan pindah,dan tentunya  jauh darimu. Maka dari itu aku tak ingin menerima cintamu jika suatu saat nanti kau akan akan menangis karna diriku. Aku tak mau Zi........


 Ada isak tangis yang terdengar dari Daniya dalam MP3 tersebut


 Aku tak ingin mengawali cinta tanpa ku bisa mengakhirinya. Karna mu aku termotivasi untuk menjadi perempuan sesungguhnya. Karna mu juga, aku belajar takut pada Tuhannku, setiap kali ku ingin melakukan dosa. Dan karna mu juga,aku belajar mencintai nabiku lebih dari aku mencintaimu Zi.

M.AL-Fahrezi Setiawan,namamu akan selalu ada dalam laskar hati ku. Terima kasih karna kau telah mencintaiku setulus hatimu. Dan terima kasih pula untuk senyumman mu yang kau beri untukku di bawah naungan pohon cinta kita di dekat kampus.

 Aku masih ingat dimana kita selalu duduk berdua dalam heningnya suasana alam,dan kita sibuk dalam khayalan masing-masing dalam suara hati dan indah nya belaian angin yang lembut. Semua itu tak ku temukan jika ku tak bersamamu. Mengenalmu adalah anugerah yang Tuhan beri untukku. Dalam dekap cintamu,ku merasakan tenang yang luar biasa.

 Maaf,mungkin di saat ku akan pindah,aku tak akan mengucapkan kalimat selamat tinggal. Karna ku yakin,kelak suatu saat,kita akan di persatukan lagi dalam balutan sorban cinta yang hakiki.

 Zi,sengaja aku siapkan suara ku ini untukmu dan sebuah lagu untukmu. Lagu tersebut selalu menemani dalam tidurku.


 Mendengar suara Daniya dalam MP3 tersebut,tak terasa bulir bening jatuh tanpa aku kehendaki. Daniya,kau pindah kemana. Kenapa kau melakukan ini padaku. Setelah aku mendengar suara indah bidadari di hatiku,aku mendengarkan lagu yang ada di MP3.
 Aku ingin menjadi  mimpi indah dalam tidurmu
 Aku ingin menjadi sesuatu yang mungkin bisa kau rindu
 Karena , langkah merapuh tanpa dirimu
Karena ,  hati t’lah letih
 Kau seperti nyanyian dalam hatiku,yang memanggil rinduku padamu
 Seperti udara yang ku hela kau selalu ada
 Hanya dirimu yang bisa membuatku tenang,tenang

  Aku mengenali syair lagu ini. Ini adalah lagu yang di nyanyikan oleh once.
 Tak tega melihat keadaan batin Ezi,ayah dan ibu Daniya mengajak Ezi dimana Daniya pindah dan menetap disana.
 Sekilas aku tersenyum,karna orang tua Daniya akan mengajakku ke tempat dimana Daniya berada.
 Dalam perjalanan menuju kediaman Daniya yang baru,tak hentinya aku tersenyum mengingat wajah nya. Tapi sebentar,kenapa orang tua Daniya mengajakku ke tempat gundukkan tanah yang masih basah,apa maksud dari orang tua Daniya.
 Ada rasa getar dalam hati yang luar biasa ketika ku lihat tulisan Dafa Raniya Cantika Yudhistira terukir dalam batu nisan tersebut. Mungkinkah.. tapi ini tidak mungkin....
“ bu.. pak.. katanya mau mengantar saya ke kediaman Daniya yang baru,kenapa ibu dan bapak mengaja saya ke tempat ini ?” tanya Ezi
 Dengan mengusap air mata yang jatuh di pipi kanan,ibu Daniya menjelaskan bahwa ini adalah kediaman baru Daniya.
 Ezi masih tidak percaya dan belum mau percaya bahwa ini adalah kediaman Daniya yang baru
 “ibu dan bapak jangan bercanda”
 Isak tangis keluar dari relung hati ibu Daniya dan tak sanggup lagi menjelaskan kepada Ezi. Melihat keadaan istrinya,ayah Daniya langsung memeluk istrinya,dan menjelaskan semuanya pada Ezi.
                 Taukah nak Ezi,bahwa Daniya menderita kanker otak stadium lanjut. Dan sebulan terakhir sebelum Daniya pergi,ia sudah mengenakan jilbab dan menutup auratnya. Kami sebagai orang tuanya bingung ketika dia meminta kami untuk membuang semua  pakaian laki-lakinya dan menggantinya dengan pakaian muslim. Daniya pernah berkata kepada bapak,karna seseorang hatinya terbuka bahwa apa yang selama ini,ia hidup dengan banyak dosa. Dia menutup aurat karena dia Takut pada Tuhannya jika suatu saat nanti semua akan di pertanggung jawabkan. Dan dia juga berkata kepada bapak,dia ingin lebih mencintai siapa nabinya melebihi cintanya kepada seorang pemuda yang bernama M.AL-Fahrezi Setiawan. Sejujurnya,saat dia membalas surat dari nak Ezi dan meminta bapak untuk merekam suaranya,dia sudah dalam keadaan drop.
                 Dengan mata sendu,kenapa Daniya tidak pernah bicara padaku jika dia tidak dalam keadaan baik. Dan kenapa juga dia harus berbohong dengan memberitahuku bahwa dia akan pindah. Suara Ezi agak sedikit meninggi dan sebisa mungkin ia menahan air matanya agar tak jatuh di atas gundukan tanah perempuan yang menjadi dambaan hatinya.
“bapak tahu apa yang kamu rasakan nak” dengan nada lembut sambil mengelus rambut Ezi
 Kini ibu Daniya yang menjelaskan bahwa penyakit yang di derita Daniya hanya ibu dan bapaknya yang tau. Daniya tidak ingin di kasihani jika orang di sekelilingnya mengetahui bahwa dia sakit. Dia tidak  pernah membohongimu. Apa yang di tulis dalam surat,bahwa dia akan pindah memang benar adanya. Dia pindah untuk selamanya dan tak akan pernah kembali. Kediaman yang di maksud Daniya adalah surga.
 Aku masih belum yakin,di depan ku kini adalah rumah baru Daniya. Daniya meninggalkan ku untuk selamanya. Lama ku pandangi gundukan tanah tersebut dan mengelus kepala Daniya dengan perantara batu nisan, dan ku bisikkan
“Aku mencintaimu” ucap Ezi sambil tersenyum sambil menahan air matanya yang sudah ada di ujung pelupuk,agar tak jatuh membasahi tubuh Daniya tercintanya.

                 Setelah kejadian dan penjelasan yang di berikan orang tua Daniya,aku mengerti mengapa cintaku untuk perempuan yang bernama Dafa Raniya Cantika Yudhistira tidak akan pernah bisa di jawab oleh Daniya. Dengan sisa tenaga,aku berjalan dengan membawa separuh cinta di hatiku,dan separuhnya lagi di bawa oleh sang pemilik hati. Sebelum meninggalkan area kediaman Daniya yang baru,ku pandangi rumah barunya dan tersenyum,tak ingin ku perlihatkan wajah sedihku untuk nya.
Dafa Raniya Cantika Yudhistira, namamu akan ku tulis dengan pena cintaku di lembaran hati yang tak pernah usang, karna kau pernah menjadi bagian dalam hidupku. Aku mencintaimu.